Monday, February 6, 2012

Allahumma solli a'la muhammad.....Dalil diperbolehkan sambutam Maulidur rasul





Allah Merayakan Hari Kelahiran Para Nabi-Nya:

• Firman Allah: “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS. Maryam:33).

• Firman Allah: “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS. Maryam: 15).

• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits No.4177)


• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yang menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda

Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu Utsman) melihat bintang – bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan

diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang – benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583).

• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam).

• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yang terang

– benderang hingga pandangannya menembus dan melihat istana - istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583) .

• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yang 1000 tahun tak pernah padam Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583).

Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya.

Rasulullah Saw Memuliakan Hari Kelahiran Beliau Saw.

Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab: “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162) dari hadits ini sebagian saudara-saudara kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dengan puasa.Rasul saw jelas – jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya: “Oh puasa hari senin itu muliadan boleh – boleh saja..”, namun beliau bersabda “Itu adalah hari kelahiranku” menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari-hari lainnya. Contoh mudah misalnya Zeyd bertanya pada Amir: “Bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?” maka amir menjawab: “Oh itu hari kelahiran saya”.

Nah.. bukankah jelas – jelas bahwa Zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yang berbeda dari hari – hari lainnya bagi Amir? Dan Amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 Januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yang perhatian pada hari kelahirannya, kalau Amir tak acuh dengan hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut–nyebut bahwa 1 Januari adalah hari kelahirannya,dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya.Pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yang lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tidak memerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yang berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dengan puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa. Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak? Rasul saw menjawab hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu. Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yang perhatian pada hari kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.

Sahabat Memuliakan Hari Kelahiran Nabi Saw.

Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra:

“Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “Silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga” maka Abbas ra memuji dengan syair yg panjang, diantaranya:“… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417).

Kasih Sayang Allah Atas Kafir Yang Gembira Atas Kelahiran Nabi Saw

Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya:

“Bagaimana keadaanmu? ” Abu Lahab menjawab: “Di neraka, cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasulsaw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits No.13701, Syi’bul Iman No.281, Fathul Baari Almasyhur juz 11 hal431).

Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dengan kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya.Walaupun mimpi tidak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam - imam diatas yang meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tidak mengingkarinya.Lebih lagi hal itu teriwayatkan pada Shahih Bukhari, dan sebagian para Muhadditsin pun mengatakan:

”Tidak mudah untuk mengingkari hal ini, karena Imam Bukhari meriwayatkan hal itu pada shahih nya. Karena walaupun hal itu Cuma mimpi Abbas ra, tapi sudah berubah menjadi ucapan Abbas ra karena ia telah mengucapkannya, dan jika hal itu batil maka Sayyidina Abbas ra tak akan menceritakannya, dan diperkuat pula Imam Bukhari pada Shahih nya meriwayatkan ucapan Abbas ra itu, maka ucapan itu telah menjadi hujjah, karena diucapkan oleh Sahabat besar,Abbas bin Abdulmuttalib ra paman Nabi saw. Dan diriwayatkan pada Shahih Bukhari.

Rasulullah Saw Memperbolehkan Syair Pujian Dimasjid.

Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yang lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata “Aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw) lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata: “Bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dengan doa: Wahai Allah bantulah ia dengan RuhulQudus? maka Abu Hurairah ra berkata: “Betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits No.2485).

Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yang menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yangdilarang adalah syair – syair yang membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair – syair yang memuji Allah dan Rasul-Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk Hassan bin Tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair – syairnya (Mustadrak ala Shahihain hadits No.6058, Sunan Attirmidzi hadits No.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yang mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata:

“Jangan kalian caci Hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw” (Musnad AbuYa’la Juz 8 hal 337).